Aku menyadari perubahan ini. Ya. Entah aku atau dia yang berubah. Atau
bahkan kita yang berubah. Yang jelas, semua tak lagi seperti dulu. Dulu,
semua yang dilakukan Adrian sangatlah membuatku sebal. Mulai dari
tatapan tajamnya padaku, sikap jailnya, sampai sikap kekanak-kanakannya
yang dahulu sangatlah menyebalkan bagiku.
Namun sekarang, justru aku sangat menyukai apa saja yang Adrian
lakukan. Tak peduli itu merugikanku atau tidak. Bagiku, semua yang
dilakukannya sangat special. Aku juga selalu berharap waktu berhenti
ketika Adrian menggandeng tanganku, ketika kita tertawa bersama, ketika
kita melewati setiap detik bersama. Aku selalu berharap itu abadi. Dan
tak berakhir.
Namun, semua hanya harapanku semata. Waktu terus berjalan. Begitu pula
rasa sayangku terhadap Adrian. Rasa itu terus tumbuh. Tanpa ada siapapun
yang tahu. Tanpa ada siapapun mengerti betapa sakitnya aku.
Sentuhan lembut ilalang-ilalang itu kepada kakiku menyadarkanku dari
lamunan pedihku. Di bawah langit senja ini, di tengah hamparan
ilalang-ilalang ini, dalam diam ekor mataku menatap sendu wajah errr..
tampannya.
Adrian yang tersadar lantas kembali memberi tatapan tajam itu. Itu jelas membuat jantungku berdetak lebih kencang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar