Jumat, 29 April 2016

sekarang

Aku menyadari perubahan ini. Ya. Entah aku atau dia yang berubah. Atau bahkan kita yang berubah. Yang jelas, semua tak lagi seperti dulu. Dulu, semua yang dilakukan Adrian sangatlah membuatku sebal. Mulai dari tatapan tajamnya padaku, sikap jailnya, sampai sikap kekanak-kanakannya yang dahulu sangatlah menyebalkan bagiku.
 Namun sekarang, justru aku sangat menyukai apa saja yang Adrian lakukan. Tak peduli itu merugikanku atau tidak. Bagiku, semua yang dilakukannya sangat special. Aku juga selalu berharap waktu berhenti ketika Adrian menggandeng tanganku, ketika kita tertawa bersama, ketika kita melewati setiap detik bersama. Aku selalu berharap itu abadi. Dan tak berakhir.
Namun, semua hanya harapanku semata. Waktu terus berjalan. Begitu pula rasa sayangku terhadap Adrian. Rasa itu terus tumbuh. Tanpa ada siapapun yang tahu. Tanpa ada siapapun mengerti betapa sakitnya aku.
        
Sentuhan lembut ilalang-ilalang itu kepada kakiku menyadarkanku dari lamunan pedihku. Di bawah langit senja ini, di tengah hamparan ilalang-ilalang ini, dalam diam ekor mataku menatap sendu wajah errr.. tampannya. 
Adrian yang tersadar lantas kembali memberi tatapan tajam itu. Itu jelas membuat jantungku berdetak lebih kencang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar